Setiap mendekati bulan puasa dan lebaran, aku makin mengintensifkan mencari barang-barang yang promo dan berdiskon. Kamu tau sendiri lah kalau kebanyakan harga barang itu akan melonjak naik saat puasa dan lebaran. Mulai dari harga kebutuhan pokok sampai pakaian. Mencari barang yang sedang promo itu menjadi caraku untuk bisa tetap berhemat di hari raya.
Biasanya jenis promo yang kucari setiap kali hampir bulan puasa dan lebaran itu sebagai berikut.
1. Promo Baju Lebaran
Aku biasanya mencari promo ini 1-2 bulan sebelum Hari Raya Idul Fitri. Alasanku, semkin cepat nyiapin kebutuhan ini akan lebih baik sebab makin mendekati hari H lebaran biasanya situasinya makin hiruk-pikuk. Aku gak terlalu suka dengan situasi semacam itu.
Bahkan sekalipun aku membeli baju itu secara online, biasanya kalo makin mendekati hari raya itu jasa kurir semua kelebihan kiriman paket. Jadi pesanannya bisa sampai lebih lama. Kalau biasanya aku pesan baju online bisa sampai dalam 2-3 hari, kalau sudah mendekati Hari Raya Idul Fitri itu jangan harap deh bisa begitu. Bisa nyampainya 1 minggu lebih. Bahkan aku pernah dulu beli pakaian muslim yang sedianya mau kupake saat hari raya, tapi barang yang kupesan itu sampainya setelah hari raya.
Itu jadi pelajaran penting bagiku. Maka, untuk baju lebaran ini biaasanya aku siapin lebih awal biar hatiku lebih tenang.
Untuk mencari promo ini, aku biasanya saling share info dengan teman-temanku dimana situs yang memberikan promo lebaran 2017. Kemarin temanku ada yang ngasih tahu kalau sedang ada promo lebaran di situs yg ini.
2. Promo Kue Lebaran
Kalau promo yang ini, biasanya aku cari saat awal-awal Ramadhan. Biasanya kondisi paling ramai itu kan pas seminggu terakhir lebaran. Banyak orang belanja kebutuhan kue untuk suguhan hari raya itu.
Nah, alasannya sama dengan yang tadi. Aku gak mau nantinya terlalu ribet kalau belinya akhir-akhir hampir hari Raya. Tapi aku juga gak mau beli terlalu awal karena takutnya ntar kuenya nggak enak, sekalipun jenisnya kue kering atau biskuit. Jadinya aku milih belanja kue itu di awal-awal bulan Ramdhan. Nah, suasananya juga masih sepi jadi enak buat belanja.
3. Promo Pulsa Lebaran
Kan kita perlu buat ngucapin selamat hari Raya ke teman-teman, saudara, dan semua kerabat. Karena itu aku mesti isi pulsa lebih dulu. Biasanya 2 minggu sebelum lebaran aku sudah langsung isi misalnya pulsa Rp200.000. Jadi pulsa itu bakalan cukup ntar sampe lebaran.
Kalau belinya mendadak saat mendekati hari raya, sering kali gagal kirim. Daripada hal semacam itu terjadi padaku, maka untuk pulsa aku siapin sejak dua minggu sebelumnya. Kalau selama ini sih aku langganan beli pulsa online di Blanja.com karena kan situs itu miliknya Telkom kerjasama dengan Ebay. Kan aku pakenya pulsa Telkomsel, jadi biasa dapat potongan 10% kalau beli di situs tersebut.
global warming environment
Yes we care!
We Care, Kita Peduli Ayo Jaga Lingkungan Kita Bersih dan Hijau
Cara Tepat Mengelola Lingkungan dan Hutan
Diposting oleh
google
di
01.26
Oleh: Yapto Soerjosoemarno
Setiap 8 November kita memperingati sebagai hari Tata Ruang. Pada November lalu Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto merayakannya dengan sederhana, yakni bersepeda sehat, menanam pohon, pameran tata ruang, dan pemberian penghargaan kepada media yang dianggap berjasa dalam menyebarkan visi lingkungan. Perayaan ini dimaksudkan agar elemen masyarakat menyadari arti penting sebuah tata ruang yang indah bagi kehidupan.
Namun, meski sudah diperingati berkali-kali, toh tata ruang kita masih jauh dari harapan. Bahkan dalam beberapa kasus masih terkesan tumpang tindih. Hal ini dapat dilihat pada tata ruang tingkat desa dan kecamatan. Tumpang tindih ini semakin menjadi-jadi jika melihat tata ruang pada tingkat kota.
Konsep tata ruang yang sejatinya menjadi panduan dalam menata lingkungan kita ternyata hanya menjadi tumpukan kertas yang tidak memiliki arti penting apa-apa. Akibatnya, lingkungan yang bersih dan sehat sampai sekarang hanya menjadi wacana di tingkat elite yang selalu menerima gaji besar dari uang rakyat sementara itu kerusakan lingkungan sendiri tidak dirasakan oleh para elite tersebut.
Kemerdekaan yang kita raih sudah lebih satu setengah abad ternyata tidak serta merta membawa kita pada tata kehidupan yang lebih baik. Impian banyak orang untuk hidup lebih sehat dan baik ternyata masih jauh dari harapan. Dengan demikian masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan saat ini dan masa mendatang.
Pertanyaan besarnya, mengapa tata ruang kita semakin hari tambah tidak jelas? Bagaimana kita membenahinya?
Serakah
Salah satu jawaban pertanyaan di atas, dilontarkan oleh seorang tokoh masyarakat , yakni Yapto Soerjosoemarno. Yapto merupakan satu dari sekian banyak warga negara yang punya kepedulian pada persoalan lingkungan. Kebiasaannya berburu di hutan dan laut di luar negeri membuatnya sangat mengerti apa dan bagaimana lingkungan yang baik.
Menurut Yapto, untuk menilai apakah telah terjadi kerusakan lingkungan atau tidak, apakah terjadi penebangan hutan atau tidak, standarnya cukup sederhana. “Kita bisa melihat hewan-hewan di dalamnya apakah masih bisa bertahan atau tidak. Kalau hengkang berarti sudah terjadi pengrusakan lingkungan sebagai akibat penebangan pohon yang tidak mengenal ampun,” ujarnya.
Yapto menilai beberapa spesies hewan di hutan kita belakangan ini semakin berkurang jumlahnya. Mereka hengkang mencari perlindungan baru. Kondisi ini seperti ini mudah dimengerti mengingat penebangan hutan selalu terjadi di mana-mana dan terjadi setiap saat. Di sebagian wilayah Indonesia terjadi illegal logging. Akibatnya, binatang-binatang liar yang terdapat di dalamnya kabur mencari tempat perlindungan baru, banjir di mana-mana, alam Indonesia tidak indah lagi, dan seterusnya.
Kerusakan lingkungan semakin menjadi-jadi jika melihat tidak ada-nya lagi hutan kota baik tingkat kecamatan maupun pedesaan. “Hutan-hutan kota yang dulunya menjadi ciri khas negeri ini sebagai warisan Belanda kini sudah berganti menjadi perumahan dan perkantoran. Bahkan belakangan mulai ditata lagi menjadi taman kota,” ujarnya.
Menurut Yapto, kerusakan seperti ini terjadi karena kesalahan dalam pengelolaan hutan. Selama ini kita selalu menggunakan timber management (perkebunan kayu) bukanlah resources management.
Timber management tidak lain bercirikan timber extraction (penambangan kayu). Pengelolaan seperti ini meniscayakan penebangan hutan tanpa tebang pilih dan tidak ada penanaman. Karena itu, sangatlah logis kalau kondisi kehutanan kita harus terpuruk yang akhirnya membawa dampak pada lingkungan. Keterpurukan sektor kehutanan sudah berjalan hampir selama satu dasawarsa, bahkan sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Akibat yang lebih fatal, kata Yapto Soerjosoemarno, keberlanjutan peran dan kontribusi sektor kehutanan dalam proses pembangunan nasional selama hampir 5 tahun mulai dipertanyakan. “Tidak sedikit yang mulai meragukan peran serta sektor kehutanan dalam pembangunan nasional sekarang ini,” ujar Yapto.
Hutan pernah menjadi primadona pada era 1970-an. Hutan ketika itu tidak dipandang sebagai sebuah komoditas yang memiliki multi fungsi meliputi perdagangan karbon, keanekaragaman hayati, ekowisata, dan sumberdaya air. Namun sekarang hutan sudah akan berubah menjadi kenangan akibat penebangan secara besar-besaran untuk kepentingan jangka pendek, yakni sebagai perolehan devisa belaka..
Karena itu, menurut Yapto, untuk mengembalikan kembali fungsinya hutan harus dikembalikan ke habitatnya. Hutan harus ditumbuhkan kembali seperti semula seraya mengelola hutan dengan baik.
“Kita harus membuang pengelolaan hutan dari timber management yang bercirikan penambangan kayu (timber extraction) dan kemudian menggantinya dengan pengelolaan hutan yang didasarkan pada resources management yang mengedepankan sumberdaya hutan partisipatif terintegrasi dan berbasiskan masyarakat,” ujar Yapto.
Paradigma resources management memungkinkan seluruh aparatur kehutanan mempunyai bekal yang lebih lengkap dalam pengelolaan hutan, tidak sekadar memiliki kemampuan teknis dalam pengelolaan hutan tetapi juga memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar hutan secara partisipatif yang mengedepankan kebersamaan. “Kalau konsep seperti ini yang dipakai maka lambat laun hutan kita akan kembali seperti semula,” ujar mantan Ketua Umum Pemuda Pancasila dan sekarang Ketua Umum Partai Patriot.
Pada tahun 1999, pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah yang mengatur kewenangan daerah. UU ini yang mengatur bagaimana hutan dikelola secara baik oleh pemerintah daerah. Menurut Yapto, UU ini memiliki nilai positif dan strategis karena melibatkan pemerintah daerah dalam pengelola dan memelihara hutan dan lingkungan.
Namun, meski sudah berjalan beberapa tahun, implementasi dari UU tersebut terwujud secara nyata dalam pemeliharaan dan pengelolaan hutan. Hutan masih tidak tumbuh sesuai dengan harapan bahkan terkesan mundur.
Yapto berharap dalam pengelolaan hutan untuk menggunakan konsep yang tepat. Dengan penggunaan konsep yang tepat tersebut, baik terhadap pemerintah maupun masyarakat memperlakukan hutan bukan sekadar kayu (log) tetapi juga sebagai sarana untuk perdagangan karbon, ekowisata, sumberdaya air, dan lainnya. “Saatnya hutan diarahkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan serta memperoleh kehidupan yang lebih baik,” ujar Yapto. (Yanto Bashri)
sumber: www.biruvoice.com/berita/nuansa-biru/64-cara-tepat-mengelola-lingkungan-dan-hutan.html
Setiap 8 November kita memperingati sebagai hari Tata Ruang. Pada November lalu Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto merayakannya dengan sederhana, yakni bersepeda sehat, menanam pohon, pameran tata ruang, dan pemberian penghargaan kepada media yang dianggap berjasa dalam menyebarkan visi lingkungan. Perayaan ini dimaksudkan agar elemen masyarakat menyadari arti penting sebuah tata ruang yang indah bagi kehidupan.
Namun, meski sudah diperingati berkali-kali, toh tata ruang kita masih jauh dari harapan. Bahkan dalam beberapa kasus masih terkesan tumpang tindih. Hal ini dapat dilihat pada tata ruang tingkat desa dan kecamatan. Tumpang tindih ini semakin menjadi-jadi jika melihat tata ruang pada tingkat kota.
Konsep tata ruang yang sejatinya menjadi panduan dalam menata lingkungan kita ternyata hanya menjadi tumpukan kertas yang tidak memiliki arti penting apa-apa. Akibatnya, lingkungan yang bersih dan sehat sampai sekarang hanya menjadi wacana di tingkat elite yang selalu menerima gaji besar dari uang rakyat sementara itu kerusakan lingkungan sendiri tidak dirasakan oleh para elite tersebut.
Kemerdekaan yang kita raih sudah lebih satu setengah abad ternyata tidak serta merta membawa kita pada tata kehidupan yang lebih baik. Impian banyak orang untuk hidup lebih sehat dan baik ternyata masih jauh dari harapan. Dengan demikian masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan saat ini dan masa mendatang.
Pertanyaan besarnya, mengapa tata ruang kita semakin hari tambah tidak jelas? Bagaimana kita membenahinya?
Serakah
Salah satu jawaban pertanyaan di atas, dilontarkan oleh seorang tokoh masyarakat , yakni Yapto Soerjosoemarno. Yapto merupakan satu dari sekian banyak warga negara yang punya kepedulian pada persoalan lingkungan. Kebiasaannya berburu di hutan dan laut di luar negeri membuatnya sangat mengerti apa dan bagaimana lingkungan yang baik.
Menurut Yapto, untuk menilai apakah telah terjadi kerusakan lingkungan atau tidak, apakah terjadi penebangan hutan atau tidak, standarnya cukup sederhana. “Kita bisa melihat hewan-hewan di dalamnya apakah masih bisa bertahan atau tidak. Kalau hengkang berarti sudah terjadi pengrusakan lingkungan sebagai akibat penebangan pohon yang tidak mengenal ampun,” ujarnya.
Yapto menilai beberapa spesies hewan di hutan kita belakangan ini semakin berkurang jumlahnya. Mereka hengkang mencari perlindungan baru. Kondisi ini seperti ini mudah dimengerti mengingat penebangan hutan selalu terjadi di mana-mana dan terjadi setiap saat. Di sebagian wilayah Indonesia terjadi illegal logging. Akibatnya, binatang-binatang liar yang terdapat di dalamnya kabur mencari tempat perlindungan baru, banjir di mana-mana, alam Indonesia tidak indah lagi, dan seterusnya.
Kerusakan lingkungan semakin menjadi-jadi jika melihat tidak ada-nya lagi hutan kota baik tingkat kecamatan maupun pedesaan. “Hutan-hutan kota yang dulunya menjadi ciri khas negeri ini sebagai warisan Belanda kini sudah berganti menjadi perumahan dan perkantoran. Bahkan belakangan mulai ditata lagi menjadi taman kota,” ujarnya.
Menurut Yapto, kerusakan seperti ini terjadi karena kesalahan dalam pengelolaan hutan. Selama ini kita selalu menggunakan timber management (perkebunan kayu) bukanlah resources management.
Timber management tidak lain bercirikan timber extraction (penambangan kayu). Pengelolaan seperti ini meniscayakan penebangan hutan tanpa tebang pilih dan tidak ada penanaman. Karena itu, sangatlah logis kalau kondisi kehutanan kita harus terpuruk yang akhirnya membawa dampak pada lingkungan. Keterpurukan sektor kehutanan sudah berjalan hampir selama satu dasawarsa, bahkan sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir.
Akibat yang lebih fatal, kata Yapto Soerjosoemarno, keberlanjutan peran dan kontribusi sektor kehutanan dalam proses pembangunan nasional selama hampir 5 tahun mulai dipertanyakan. “Tidak sedikit yang mulai meragukan peran serta sektor kehutanan dalam pembangunan nasional sekarang ini,” ujar Yapto.
Hutan pernah menjadi primadona pada era 1970-an. Hutan ketika itu tidak dipandang sebagai sebuah komoditas yang memiliki multi fungsi meliputi perdagangan karbon, keanekaragaman hayati, ekowisata, dan sumberdaya air. Namun sekarang hutan sudah akan berubah menjadi kenangan akibat penebangan secara besar-besaran untuk kepentingan jangka pendek, yakni sebagai perolehan devisa belaka..
Karena itu, menurut Yapto, untuk mengembalikan kembali fungsinya hutan harus dikembalikan ke habitatnya. Hutan harus ditumbuhkan kembali seperti semula seraya mengelola hutan dengan baik.
“Kita harus membuang pengelolaan hutan dari timber management yang bercirikan penambangan kayu (timber extraction) dan kemudian menggantinya dengan pengelolaan hutan yang didasarkan pada resources management yang mengedepankan sumberdaya hutan partisipatif terintegrasi dan berbasiskan masyarakat,” ujar Yapto.
Paradigma resources management memungkinkan seluruh aparatur kehutanan mempunyai bekal yang lebih lengkap dalam pengelolaan hutan, tidak sekadar memiliki kemampuan teknis dalam pengelolaan hutan tetapi juga memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan masyarakat sekitar hutan secara partisipatif yang mengedepankan kebersamaan. “Kalau konsep seperti ini yang dipakai maka lambat laun hutan kita akan kembali seperti semula,” ujar mantan Ketua Umum Pemuda Pancasila dan sekarang Ketua Umum Partai Patriot.
Pada tahun 1999, pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah yang mengatur kewenangan daerah. UU ini yang mengatur bagaimana hutan dikelola secara baik oleh pemerintah daerah. Menurut Yapto, UU ini memiliki nilai positif dan strategis karena melibatkan pemerintah daerah dalam pengelola dan memelihara hutan dan lingkungan.
Namun, meski sudah berjalan beberapa tahun, implementasi dari UU tersebut terwujud secara nyata dalam pemeliharaan dan pengelolaan hutan. Hutan masih tidak tumbuh sesuai dengan harapan bahkan terkesan mundur.
Yapto berharap dalam pengelolaan hutan untuk menggunakan konsep yang tepat. Dengan penggunaan konsep yang tepat tersebut, baik terhadap pemerintah maupun masyarakat memperlakukan hutan bukan sekadar kayu (log) tetapi juga sebagai sarana untuk perdagangan karbon, ekowisata, sumberdaya air, dan lainnya. “Saatnya hutan diarahkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan serta memperoleh kehidupan yang lebih baik,” ujar Yapto. (Yanto Bashri)
sumber: www.biruvoice.com/berita/nuansa-biru/64-cara-tepat-mengelola-lingkungan-dan-hutan.html
Label:
opini lingkungan
Healthcare, education to be open for more foreign investment
Diposting oleh
google
di
01.14
Indonesia is inviting more foreign investment into the healthcare and
education sectors in a bid to improve services as well as the quality of
Indonesian human resources, according to Investment Coordinating Board
chairman Gita Wirjawan.
Speaking before U.S. businesspeople in Washington D.C. on Wednesday, Gita
revealed that the current negative list of investment limited foreign
hospitals in three cities, i.e. Jakarta, Surabaya in East Java and Medan in
North Sumatra.
"In the new negative list, we will remove such a limitation. Investors can
invest in any place they consider feasible," Gita told businesspeople here,
adding that the new negative list would be ready in the next one or two
months.
Foreign ownership in hospitals, meanwhile, would be capped at 67 percent.
In an interview with The Jakarta Post in New York on Thursday, Gita argued
that opening up the healthcare sector to foreign investment would benefit
customers more, with better services and prices because competition would
force even existing hospitals to improve services.
In addition, he said, having more foreign hospitals in the country would
eventually reduce the number of people going to hospitals overseas, and
therefore, it would save some foreign exchange.
"The value of foreign exchange that could be saved may be small, a few
hundreds US dollars a year, but we value more the benefits for our people,
i.e. better services and availability of alternatives, " Gita said.
In education, Gita explained that the government would try to attract
notable foreign universities to enter the country by establishing
cooperation with local universities.
He said that he would especially target foreign universities because
Indonesia is still lagging behind other countries in the region in tertiary
education.
"We are already good in basic education, i.e. elementary schools to high
schools. But we are still lacking in tertiary education and also vocational
schools," he said.
Foreign universities, however, cannot establish their own universities in
Indonesia because the national education law apparently did not allow
universities and schools to make profit.
Therefore, Gita suggested that they established a local legal entity that
could provide teachers, advisory services and even research facilities to
universities in Indonesia. That way, they could make money and recoup their
investment.
In addition to healthcare and education, Gita revealed that Indonesia would
also open its logistics and courier services to foreign participation,
arguing that this area is an important soft infrastructure for Indonesia to
move into the higher degree of economic development.
Foreign investors, however, are not allowed to take majority ownership in
this sector, except one company TNT which has already got a government
approval to take a 51 percent stake in a joint venture investment.
from: http://www.thejakar tapost.com/ news/2010/ 02/25/healthcare -education- be-open-m
ore-foreign- investment. html
education sectors in a bid to improve services as well as the quality of
Indonesian human resources, according to Investment Coordinating Board
chairman Gita Wirjawan.
Speaking before U.S. businesspeople in Washington D.C. on Wednesday, Gita
revealed that the current negative list of investment limited foreign
hospitals in three cities, i.e. Jakarta, Surabaya in East Java and Medan in
North Sumatra.
"In the new negative list, we will remove such a limitation. Investors can
invest in any place they consider feasible," Gita told businesspeople here,
adding that the new negative list would be ready in the next one or two
months.
Foreign ownership in hospitals, meanwhile, would be capped at 67 percent.
In an interview with The Jakarta Post in New York on Thursday, Gita argued
that opening up the healthcare sector to foreign investment would benefit
customers more, with better services and prices because competition would
force even existing hospitals to improve services.
In addition, he said, having more foreign hospitals in the country would
eventually reduce the number of people going to hospitals overseas, and
therefore, it would save some foreign exchange.
"The value of foreign exchange that could be saved may be small, a few
hundreds US dollars a year, but we value more the benefits for our people,
i.e. better services and availability of alternatives, " Gita said.
In education, Gita explained that the government would try to attract
notable foreign universities to enter the country by establishing
cooperation with local universities.
He said that he would especially target foreign universities because
Indonesia is still lagging behind other countries in the region in tertiary
education.
"We are already good in basic education, i.e. elementary schools to high
schools. But we are still lacking in tertiary education and also vocational
schools," he said.
Foreign universities, however, cannot establish their own universities in
Indonesia because the national education law apparently did not allow
universities and schools to make profit.
Therefore, Gita suggested that they established a local legal entity that
could provide teachers, advisory services and even research facilities to
universities in Indonesia. That way, they could make money and recoup their
investment.
In addition to healthcare and education, Gita revealed that Indonesia would
also open its logistics and courier services to foreign participation,
arguing that this area is an important soft infrastructure for Indonesia to
move into the higher degree of economic development.
Foreign investors, however, are not allowed to take majority ownership in
this sector, except one company TNT which has already got a government
approval to take a 51 percent stake in a joint venture investment.
from: http://www.thejakar tapost.com/ news/2010/ 02/25/healthcare -education- be-open-m
ore-foreign- investment. html
Label:
environmental opinion
GREEN ECONOMY -- Call for Participant LEAD Associate Training on "Green Economy: Strategic Directions in time of Climate Change"
Diposting oleh
google
di
09.38
Cohort
15: Call for Participants
LEAD Associate Training on “Green Economy: Strategic
Directions in time of Climate Change”
LEAD Indonesia will
conduct LEAD Associate Training or LAT of Cohort 15 with a theme “Green
Economy: Strategic Directions in time of Climate Change”, a series of 20-day
National Session (17 days intensive workshops
and 3 days online/distance learning), and 7-day
International Session (Port Elizabeth, South Africa) within the year of 2010.
Mid careers from any sector of government, business, NGO, academic, and media,
who have a vision to bring about changes, are invited to join this opportunity
as LEAD Associate Trainee whom will be the LEAD Fellow after completing the
training.
Through the training, participants will have the understanding
of the problems to encounter the green economy issues in the 21st century, and
its relations to climate change impacts and opportunities toward mitigation and
adaptation strategy, within sustainable development framework. Even more
critical, the training participants will get senses of leadership values and
prepositions in this particular issue. More than training, the participants will
involve in an intensive project, LEAD Associate Project in a group consists of
different backgrounds and expertise, to produce action plan either in policy
recommendations, case study, or preliminary research findings toward a
large-scale research in the future. The results will be shared among
participants, institutions of the participants, and LEAD Indonesia. The best LAP
will be imbedded into policy recommendations at the International Session. At
the end of the session the participants will produce a cohort document “Green
Economy Strategic Direction: A Policy Recommendation” which will produced
through workshop facilitated by experts.
Those who completed the
training at national level and meet the passing grade standard will join a
network of LEAD Fellows around the globe, consists of around 2000 professionals
from various field of work, represent 90 countries. A number of best
participants will be sponsored to join international session
in South Africa where they will meet participants
from other 13 LEAD Program Offices from Canada, Africa, Latin America, Europe,
Canada and Asia. In the international session they will learn from the global
perspective the issues related to sustainable development, with a focus on
climate change. By the end of the international session LEAD Fellows will
produce “LEAD Declaration” document as commitment of the participants to
sustainable development. This is “energy” that fuels our bodies and minds,
inspires us to challenge ourselves and others. Let this cohort 15 theme boosts
you up and be ready to bring about change to the sustainable development for a
better world!
Please apply for this rare opportunity (seats are limited).
We will really appreciate if you can disseminate the information to the
potential candidates.
The closing date is March 5th, 2010. Application should be
submitted as early as possible.
Thank you.
Best regards,
Irmayani Sembiring Program Assistant Officer
Yayasan Pembangunan Berkelanjutan (YPB)
LEAD
Indonesia
Jl BDN II No 35 Cilandak Barat
Jakarta. Indonesia. 12430
T:
+62 21 769 5491
+62 21 7581 6941
F: +62 21 7581 6938
E: irmayani@ypb. or.id
15: Call for Participants
LEAD Associate Training on “Green Economy: Strategic
Directions in time of Climate Change”
LEAD Indonesia will
conduct LEAD Associate Training or LAT of Cohort 15 with a theme “Green
Economy: Strategic Directions in time of Climate Change”, a series of 20-day
National Session (17 days intensive workshops
and 3 days online/distance learning), and 7-day
International Session (Port Elizabeth, South Africa) within the year of 2010.
Mid careers from any sector of government, business, NGO, academic, and media,
who have a vision to bring about changes, are invited to join this opportunity
as LEAD Associate Trainee whom will be the LEAD Fellow after completing the
training.
Through the training, participants will have the understanding
of the problems to encounter the green economy issues in the 21st century, and
its relations to climate change impacts and opportunities toward mitigation and
adaptation strategy, within sustainable development framework. Even more
critical, the training participants will get senses of leadership values and
prepositions in this particular issue. More than training, the participants will
involve in an intensive project, LEAD Associate Project in a group consists of
different backgrounds and expertise, to produce action plan either in policy
recommendations, case study, or preliminary research findings toward a
large-scale research in the future. The results will be shared among
participants, institutions of the participants, and LEAD Indonesia. The best LAP
will be imbedded into policy recommendations at the International Session. At
the end of the session the participants will produce a cohort document “Green
Economy Strategic Direction: A Policy Recommendation” which will produced
through workshop facilitated by experts.
Those who completed the
training at national level and meet the passing grade standard will join a
network of LEAD Fellows around the globe, consists of around 2000 professionals
from various field of work, represent 90 countries. A number of best
participants will be sponsored to join international session
in South Africa where they will meet participants
from other 13 LEAD Program Offices from Canada, Africa, Latin America, Europe,
Canada and Asia. In the international session they will learn from the global
perspective the issues related to sustainable development, with a focus on
climate change. By the end of the international session LEAD Fellows will
produce “LEAD Declaration” document as commitment of the participants to
sustainable development. This is “energy” that fuels our bodies and minds,
inspires us to challenge ourselves and others. Let this cohort 15 theme boosts
you up and be ready to bring about change to the sustainable development for a
better world!
Please apply for this rare opportunity (seats are limited).
We will really appreciate if you can disseminate the information to the
potential candidates.
The closing date is March 5th, 2010. Application should be
submitted as early as possible.
Thank you.
Best regards,
Irmayani Sembiring Program Assistant Officer
Yayasan Pembangunan Berkelanjutan (YPB)
LEAD
Indonesia
Jl BDN II No 35 Cilandak Barat
Jakarta. Indonesia. 12430
T:
+62 21 769 5491
+62 21 7581 6941
F: +62 21 7581 6938
E: irmayani@ypb. or.id
SMAN 70 Jakarta Pantas Predikat "Sekolah Hijau"
Diposting oleh
google
di
14.14
SMAN 70 Jakarta, merupakan salah satu sekolah yang memiliki suasana asri,
aman, nyaman dan tentram. Komplek dengan luas area hampir 2 hektar itu
dipenuhi berbagai pepohonan, dari pohon mangga, nangka duren dan
lain-lain. Selain pohon-pohon berpostur tinggi gedung sekolah yang
didominasi warna putih dan hijau itu juga dilengkapi taman, sehingga
menambah keindahan dan kenyamanan sekolah unggulan bertaraf
Internasional itu.
Tidak mengherankan jika sekolah itu terlihat begitu memperhatikan
lingkungan hidup., karena jauh sebelum dunia menggelorakan semangat
penyelamatan lingkungan hidup, sekolah faforit ini pada tahun 1994 telah mendapat penghargaan sekolah yang hijau. Hal itu diungkapkan oleh Drs.
Burhanuddin, M.Pd Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 70 Jakarta. “
Pada tahun 1994 SMAN 70 Jakarta sudah mendapatkan penghargaan sebagai
sekolah yang: Hijau, Bersih, Sejuk, Rindang dan Sehat“ tuturnya. Bahkan
menurutnya mulai tahun 2005 -2006 SMAN 70 Jakarta sudah mengacu pada
standar ISO 9001-2000, oleh karenanya otomatis semua yang menyangkut
SMAN 70, baik sarana maupun prasarana, human resource , lingkungan dan
lain- lain benar-benar sudah tertata dengan baik, jelasnya.
Begitu pedulinya dengan lingkungan hidup, sampai-sampai gedung lama, yang tadinya
digunakan untuk kegiatan piket dan ekskul dibongkar dan disulap menjadi
ruang terbuka hijau. Tidak hanya itu, menurutnya sekolah mentereng di
wilayah Jakarta Selatan ini sudah sering bermitra dengan instansi
terkait dan pihak swasta serta para artis untuk dijadikan pilot project
kegiatan peduli lingkungan hidup misalnya pelatihan-pelatihan dan
seminar serta gerakan menanam pohon.
Seirama dengan Wakil Kepala Sekolah, Ketua OSIS SMAN 70, Rafikko
Syaiful menceritakan, “Kondisi lingkungan di SMAN 70 sangat terawat, dan murid-muridnya jarang yang suka merusak”. Untuk soal lingkungan hidup
di OSIS ditangani Sekretaris Bidang Lingkungan Hidup. “Setiap bulan
mereka memiliki tugas mengontrol lingkungan di SMAN 70 ini”, imbuh ketua OSIS yang akrab dipanggil Fikki ini. Fikki berpesan ”Jaga lingkungan
walau dengan cara sekecil apapun, misalnya jangan buang sampah
sembarangan.”
Hal senada diungkapkan Pinkyvi Tiffany yang juga Sekretaris Umum OSIS SMAN 70. Dara manis ini menjelaskan “di SMAN 70 lingkungannya sudah
cukup enak, disamping banyak pohon, semua terawat ”, ungkapnya. Selain
itu gadis cantik siswi kelas II IPA ini menceritakan bahwa bersama
siswa/i lain selalu mensosialisasikan pentingnya kebersihan dan merawat
lingkungan. Ketika ditanya apakah setuju jika suatu saat dicanangkan
program ekskul berbasis lingkungan hidup, dengan semangat Pinky
menjawab” setuju banget “, Pinky berpesan kepada siswa-siswi lain untuk
selalu menjaga kebersihan dan menjaga lingkungan hidup di manapun dan
kapanpun.
Apa yang diungkapkan Drs. Burhanuddin, MPd, Raffikko, dan Pinkyvi
selaras dengan kenyataan lingkungan SMAN 70 Jakarta. Seluruh kawasan
sekolah yang memiliki 1.400 siswa itu benar–benar rindang, hijau dan
bersih. Seluruh gedung termasuk tempat ibadah (masjid) dikelilingi
dengan berbagai macam pepohonan yang tampak hijau bersih berseri.
Ditambah nuansa gedung yang didominasi warna putih dan hijau muda, layak jika misalnya SMAN dengan motto: Sekolahku Sehat, Prestasiku Hebat, dan Imanku Kuat ini mendapat predikat “Green School”.
sumber: biruvoice.com/berita/seputar-kampus/57-sman-70-jakarta-layak-predikat-geen-sschool-.html
aman, nyaman dan tentram. Komplek dengan luas area hampir 2 hektar itu
dipenuhi berbagai pepohonan, dari pohon mangga, nangka duren dan
lain-lain. Selain pohon-pohon berpostur tinggi gedung sekolah yang
didominasi warna putih dan hijau itu juga dilengkapi taman, sehingga
menambah keindahan dan kenyamanan sekolah unggulan bertaraf
Internasional itu.
Tidak mengherankan jika sekolah itu terlihat begitu memperhatikan
lingkungan hidup., karena jauh sebelum dunia menggelorakan semangat
penyelamatan lingkungan hidup, sekolah faforit ini pada tahun 1994 telah mendapat penghargaan sekolah yang hijau. Hal itu diungkapkan oleh Drs.
Burhanuddin, M.Pd Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 70 Jakarta. “
Pada tahun 1994 SMAN 70 Jakarta sudah mendapatkan penghargaan sebagai
sekolah yang: Hijau, Bersih, Sejuk, Rindang dan Sehat“ tuturnya. Bahkan
menurutnya mulai tahun 2005 -2006 SMAN 70 Jakarta sudah mengacu pada
standar ISO 9001-2000, oleh karenanya otomatis semua yang menyangkut
SMAN 70, baik sarana maupun prasarana, human resource , lingkungan dan
lain- lain benar-benar sudah tertata dengan baik, jelasnya.
Begitu pedulinya dengan lingkungan hidup, sampai-sampai gedung lama, yang tadinya
digunakan untuk kegiatan piket dan ekskul dibongkar dan disulap menjadi
ruang terbuka hijau. Tidak hanya itu, menurutnya sekolah mentereng di
wilayah Jakarta Selatan ini sudah sering bermitra dengan instansi
terkait dan pihak swasta serta para artis untuk dijadikan pilot project
kegiatan peduli lingkungan hidup misalnya pelatihan-pelatihan dan
seminar serta gerakan menanam pohon.
Seirama dengan Wakil Kepala Sekolah, Ketua OSIS SMAN 70, Rafikko
Syaiful menceritakan, “Kondisi lingkungan di SMAN 70 sangat terawat, dan murid-muridnya jarang yang suka merusak”. Untuk soal lingkungan hidup
di OSIS ditangani Sekretaris Bidang Lingkungan Hidup. “Setiap bulan
mereka memiliki tugas mengontrol lingkungan di SMAN 70 ini”, imbuh ketua OSIS yang akrab dipanggil Fikki ini. Fikki berpesan ”Jaga lingkungan
walau dengan cara sekecil apapun, misalnya jangan buang sampah
sembarangan.”
Hal senada diungkapkan Pinkyvi Tiffany yang juga Sekretaris Umum OSIS SMAN 70. Dara manis ini menjelaskan “di SMAN 70 lingkungannya sudah
cukup enak, disamping banyak pohon, semua terawat ”, ungkapnya. Selain
itu gadis cantik siswi kelas II IPA ini menceritakan bahwa bersama
siswa/i lain selalu mensosialisasikan pentingnya kebersihan dan merawat
lingkungan. Ketika ditanya apakah setuju jika suatu saat dicanangkan
program ekskul berbasis lingkungan hidup, dengan semangat Pinky
menjawab” setuju banget “, Pinky berpesan kepada siswa-siswi lain untuk
selalu menjaga kebersihan dan menjaga lingkungan hidup di manapun dan
kapanpun.
Apa yang diungkapkan Drs. Burhanuddin, MPd, Raffikko, dan Pinkyvi
selaras dengan kenyataan lingkungan SMAN 70 Jakarta. Seluruh kawasan
sekolah yang memiliki 1.400 siswa itu benar–benar rindang, hijau dan
bersih. Seluruh gedung termasuk tempat ibadah (masjid) dikelilingi
dengan berbagai macam pepohonan yang tampak hijau bersih berseri.
Ditambah nuansa gedung yang didominasi warna putih dan hijau muda, layak jika misalnya SMAN dengan motto: Sekolahku Sehat, Prestasiku Hebat, dan Imanku Kuat ini mendapat predikat “Green School”.
sumber: biruvoice.com/berita/seputar-kampus/57-sman-70-jakarta-layak-predikat-geen-sschool-.html
Label:
lingkungan jakarta
Kids encouraged to love environment
Diposting oleh
google
di
07.28
MEDAN: An outbound camp in Sibolangit, North Sumatra, seeks to encourage teenage scouts to be more environmentally responsible.
Vice Governor Gatot Pudjonugroho officially opened the four-day camp, "Kampung Anak 2010" (Children's kampung 2010), on Thursday.
The inaugural camp last year had a peace theme.
Muhammad Jailani, from the organizing committee, said the program this year aimed to raise awareness about the importance of environmental preservation.
"Issues on global warming and environmental destruction have worried us all. We want those 1,000 kids to love the environment." - JP
source
Vice Governor Gatot Pudjonugroho officially opened the four-day camp, "Kampung Anak 2010" (Children's kampung 2010), on Thursday.
The inaugural camp last year had a peace theme.
Muhammad Jailani, from the organizing committee, said the program this year aimed to raise awareness about the importance of environmental preservation.
"Issues on global warming and environmental destruction have worried us all. We want those 1,000 kids to love the environment." - JP
source
Report environmental violations to 0811 932 932
Diposting oleh
google
di
11.27
The government has launched an online system allowing the public to report
environmental violations via short message service (SMS).
People can send reports of violations to 0811 932 932 or lodge them online
via the State Environment Ministry website: penegakanhukum. menlh.go. id.
"We invite the public to monitor the progress of their complaints. We hope
it will force the government or local administrations to do something to
improve the environment, " State Environment Ministry compliance deputy
Illyas Asaad said in Jakarta on Tuesday .
The ministry would, for example, receive reports on declining air quality,
river pollution, or companies damaging the environment, Illyas said.
Illyas promised that his office would follow up on reports within two weeks
from the time they were sent.
"We will send our auditors to the field to verify reports. Of course, we
will also make it a priority to follow up on bigger cases," he said.
The office will forward the reports it receives directly to related
institutions across the country, and order them to act accordingly.
source: thejakar tapost.com/ news/2010/ 01/26/report- environmental- violation
s-0811-932-932. html
environmental violations via short message service (SMS).
People can send reports of violations to 0811 932 932 or lodge them online
via the State Environment Ministry website: penegakanhukum. menlh.go. id.
"We invite the public to monitor the progress of their complaints. We hope
it will force the government or local administrations to do something to
improve the environment, " State Environment Ministry compliance deputy
Illyas Asaad said in Jakarta on Tuesday .
The ministry would, for example, receive reports on declining air quality,
river pollution, or companies damaging the environment, Illyas said.
Illyas promised that his office would follow up on reports within two weeks
from the time they were sent.
"We will send our auditors to the field to verify reports. Of course, we
will also make it a priority to follow up on bigger cases," he said.
The office will forward the reports it receives directly to related
institutions across the country, and order them to act accordingly.
source: thejakar tapost.com/ news/2010/ 01/26/report- environmental- violation
s-0811-932-932. html
Label:
environmental news
Langganan:
Postingan (Atom)
Langganan Info Lingkungan Terbaru GRATIS
Tags
- berita lingkungan dunia (8)
- berita teknologi lingkungan (1)
- environmental news (2)
- environmental opinion (1)
- kampanye pemanasan global (1)
- lingkungan jakarta (1)
- opini lingkungan (1)
- tips (1)
- tips hemat energi (1)
Copyright © 2008 global warming environment - Art for the web | Blogger Blog Templates, Blog and Web